Berbagai pengalaman orang-orang, termasuk saya sendiri, kalau kita berjumpa dengan seseorang yang benar-benar saleh, rasanya seolah semua beban hidup yang berat dan tak terucap seketika menguap. Kehadiran orang saleh itu seakan membawa semilir kesejukan yang menenangkan. Di balik sorot matanya yang tenang, ada keyakinan mendalam pada Kasih Sayang Allah. Meski mereka memiliki masalah yang mungkin saja sama beratnya dengan kita, mereka tidak membiarkan itu menjadi alasan untuk kehilangan harapan. Hati mereka selalu penuh dengan prasangka baik kepada Sang Pencipta. Mereka percaya, sesulit apa pun hidup, Allah tak pernah pergi dan setiap masalah pasti disertai jalan keluarnya. Ketenangan mereka pun perlahan-lahan menular kepada kita, seakan mengingatkan bahwa kita pun mampu bertahan dan kembali kuat.

Persahabatan dengan orang-orang yang saleh itu seperti menemukan oase di tengah padang yang tandus. Ia menawarkan kedamaian, kelembutan, dan ketentraman, yang menyejukkan hati dan menyuburkan iman. Bersahabat dengan mereka adalah bagaikan merangkul cahaya di setiap langkah, karena setiap pertemuan dan percakapan menjadi pengingat agar tidak terlena pada dunia yang fana. Dalam hati kecil yang haus akan kebenaran, mereka hadir sebagai sosok yang menuntun dengan penuh kasih, mengajak kembali kepada Allah dengan kelembutan dan ketulusan.

Bersahabat dengan orang-orang saleh juga memberi harapan yang terus menyala, bahwa kita tak pernah sendirian. Kelak di hari yang tiada naungan selain naungan Allah, kita akan berkumpul bersama mereka yang kita cintai karena Allah. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya di sekitar Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya terdapat suatu kaum yang pakaiannya cahaya, wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para nabi atau pun para syuhada, namun para nabi dan syuhada cemburu kepada mereka.” Para sahabat bertanya,

“Wahai Rasulullah, siapakah mereka?” Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling berkumpul dan saling mengunjungi karena Allah.” (HR. Nasai).

Kedekatan kita dengan sahabat saleh adalah sebuah perjalanan yang membawa kita pada pertemuan yang kekal, jauh melampaui batasan dunia. Semoga kita selalu dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang mendoakan, menasehati, dan menuntun kita menuju ridha Allah, hingga pertemuan kembali di surga yang abadi.

Rasulullah SAW sendiri sangat menganjurkan kita untuk bijak memilih teman. Beliau bersabda, “Seseorang itu mengikuti agama sahabatnya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa yang menjadi sahabatnya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Ini adalah petunjuk agar kita memilih teman yang akan membawa kita lebih dekat kepada Allah dan mempengaruhi kita untuk berbuat kebaikan.

Dalam dunia yang sering kali penuh hiruk-pikuk dan tipu daya, kita memerlukan sahabat yang mampu menuntun kita kembali pada Allah di kala kita tersesat. Mereka hadir sebagai pemberi nasihat, penuntun langkah, dan pembawa kebenaran yang tak lekang oleh waktu. Dengan mereka, setiap pertemuan menjadi kesempatan untuk bermuhasabah, setiap perpisahan menjadi doa yang tak terputus. Bahkan, ketika kita jatuh, mereka adalah tangan yang terulur lembut, mengingatkan kita untuk bangkit tanpa merasa dihakimi, menuntun kita kembali ke jalan yang lurus dengan cinta kasih yang murni karena Allah.

Dalam renungan mendalamnya, Abu Thalib Al Makky, seorang sufi dan ulama terkemuka, mengutip perkataan Umar bin Khattab r.a. bahwa, “Tiada nikmat yang lebih berharga setelah meraih cahaya Islam, kecuali memiliki sahabat seiman yang saleh. Apabila engkau menemukan sosok yang demikian, bersahabatlah dengan mereka sepenuh hati.” Dengan ungkapan ini, ia mengingatkan kita akan betapa berharganya persahabatan dengan orang-orang saleh. Dalam pelukan kasih dan kebijaksanaan mereka, kita menemukan sumber motivasi yang tak terhingga untuk berkembang dan harapan yang abadi untuk senantiasa memperbaiki diri.

Jika jiwa kita belum mampu memancarkan keshalihan, maka bersahabatlah dengan orang-orang yang saleh. Dekatkan diri kepada mereka yang telah lebih dahulu mengenal indahnya kehidupan di bawah naungan iman. Sebab, meski mungkin langkah kita masih terseok di jalan yang benar, namun bersama orang-orang sholeh, kita akan merasakan hangatnya cahaya kebaikan, dan hati kita akan tergerak menuju perubahan yang lebih baik

Ada sebuah ungkapan yang sering terucap: “Teman adalah cerminan diri.” Seperti itulah peran sahabat dalam hidup kita. Jika diri ini belum mampu sepenuhnya berkomitmen pada ketaatan, beruntunglah jika kita dikelilingi oleh mereka yang mengingatkan, membimbing, dan menuntun tanpa pamrih, hanya karena cinta mereka kepada Allah dan kerinduan akan surga. Persahabatan yang tulus bukan sekadar perkumpulan hati, tetapi ikatan jiwa yang saling mendoakan dan menasihati, saling menyelamatkan dari tipu daya dunia.

Baca juga disini ya!