Medan, 6 Oktober 2025 — Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sumatera Utara pagi itu diselimuti suasana yang menenangkan namun penuh energi kebersamaan. Di ruangan yang sederhana namun berwibawa itu, deretan tokoh lintas agama dari berbagai majelis di Kota Medan duduk berdampingan, tersenyum, dan saling menyapa. Tidak ada sekat kepercayaan, hanya ruang dialog yang menumbuhkan kedekatan.
Kegiatan bertajuk “Diskusi Merawat Kerukunan dengan Majelis-Majelis Agama di Kota Medan” ini digelar oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Medan, bekerja sama dengan UIN Sumatera Utara, dan diselenggarakan di Aula FEBI. Acara berjalan hangat dan penuh kedalaman makna, dipandu dengan penuh ketenangan dan keanggunan oleh Dr. Wulan Dayu, M.E., yang bertindak sebagai Master of Ceremony. Dengan tutur lembut dan diksi yang elegan, Dr. Wulan mengalirkan suasana dari sesi ke sesi dengan keseimbangan antara keseriusan dan keteduhan.
Dalam sambutan pembuka, Ketua FKUB Kota Medan, Muhammad Yasir Tanjung, S.Pd.I., menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari ikhtiar panjang menjaga kesejukan antarumat beragama di Kota Medan.
“Kerukunan bukan hanya hasil dialog, tapi buah dari kesadaran kolektif. Kita semua punya tanggung jawab yang sama menjaga kota ini tetap teduh, meski berbeda keyakinan,” ujarnya tegas namun menenangkan.
Sebagai tuan rumah dan Ketua Panitia kegiatan, Prof. Dr. H. Muhammad Syukri Albani Nasution, M.A., Wakil Bendahara FKUB Kota Medan sekaligus Dekan FEBI UIN Sumatera Utara, menyampaikan bahwa FEBI merasa terhormat bisa menjadi ruang temu lintas iman ini.
“FEBI ingin selalu menjadi rumah dialog dan refleksi bagi siapa pun yang mencari kedamaian. Sebab kerukunan bukan tugas satu agama, tapi cita-cita semua manusia,” tutur Prof. Syukri Albani, yang disambut anggukan para hadirin.
Kegiatan ini menjadi lebih hidup saat Rektor UIN Sumatera Utara, Prof. Dr. Hj. Nurhayati, M.Ag., membawakan materinya yang berjudul “Membangun Literasi Kerukunan di Dunia Akademik.” Dalam paparan yang sistematis namun mengalir, beliau menekankan bahwa dunia akademik sejatinya adalah miniatur Indonesia yang beragam.
“UIN Sumatera Utara berdiri di atas semangat keilmuan dan keberagaman. Di sini kita belajar bahwa perbedaan adalah guru, bukan ancaman. Kerukunan bukan sekadar ide, tapi budaya yang kita tanam dan rawat setiap hari,” ungkapnya dengan nada lembut penuh keyakinan.
Sementara itu, Prof. Dr. H. Azhari Akmal Tarigan, M.Ag., Wakil Rektor I UIN Sumatera Utara sekaligus Bendahara Umum FKUB Kota Medan, menyampaikan bahwa dialog lintas iman seperti ini harus menjadi tradisi yang berkelanjutan.
“Kerukunan tidak tumbuh dari kesamaan, tapi dari kemauan untuk memahami. Indonesia bisa kuat karena kita saling menahan diri, saling belajar, dan saling menguatkan,” ujarnya dengan tenang namun menggetarkan.
Dari kalangan Kristen, Pdt. Obet Ginting, S.Th., M.A., Wakil Sekretaris I FKUB Kota Medan, juga memberikan pandangan penuh kehangatan.
“Keberagaman adalah wajah sejati bangsa ini. Kalau kita bisa memandang satu sama lain dengan kasih, maka tidak ada ruang bagi kecurigaan,” tuturnya, disambut tepuk tangan lembut dari peserta lintas agama.
Sepanjang dialog, diskusi berlangsung dalam suasana persaudaraan. Para tokoh agama dari enam majelis—Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu—secara bergantian menyampaikan pandangan tentang pentingnya menjaga harmoni dalam pelayanan umat dan kehidupan sosial. Masing-masing berbagi pengalaman, tantangan, dan strategi menjaga kerukunan di tengah masyarakat yang dinamis.
Dari berbagai pandangan yang muncul, satu kesimpulan mengalir deras: kerukunan bukan sekadar hasil upaya formal, tapi buah dari kesadaran spiritual dan intelektual yang tulus.
Menutup kegiatan, Dr. Wulan Dayu, M.E. menyampaikan secercah pesan singkat namun sarat makna:
“Hari ini kita tidak hanya berdialog dengan kata, tapi dengan hati. Semoga setiap langkah setelah kita keluar dari ruangan ini menjadi langkah yang menebarkan kedamaian. Karena sejatinya, kerukunan bukan diajarkan — ia diteladankan.”
Doa lintas agama kemudian mengakhiri kegiatan dengan suasana haru dan damai. Dari aula FEBI UIN Sumatera Utara, gema pesan itu berpijar pelan namun kuat: bahwa perbedaan bukan dinding pemisah, melainkan jembatan untuk menemukan makna kemanusiaan yang sejati.
✍️ Ditulis oleh: Fachrul Riza, M.K.M.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam – UIN Sumatera Utara





